Facebook Pages

post

Poll

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Perkembangan Kota Metro, Lampung

Sabtu, 04 Agustus 2012



Selama 10 tahun pemekaran berjalan, Metro mampu mengembangkan diri menjadi kota yang maju dari aspek pembangunan infrastruktur, pertumbulian ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Khusus tentang infrastruktur, Metro mewarisi peninggalan Belanda yang infrastrukturnya relatif teratur dalam tata ruang ataupun tata kota. Selain itu, Pemerintah Kota Metro melangsungkan pembangunan dengan mengikuti tata ruang yang direncanakan. Pengamat ekonomi dari Universitas Lampung mengatakan, Metro juga menjadi kota yang terus berkembang karena didukung sumber daya manusia yang memahami kebutuhan kota.
MENELUSURI jalan-jalan di Metro terkesan tata kotanya asri. Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Jalan protokol dan jalan utama dihijaukan. Ruas jalan masuk dan keluar Metro dilebarkan. Pelebaran dan pengaspalan Jalan Jenderal Sudirman (Gajar Agung dst) telah selesai dirampungkan, sedangkan Jalan Alamsyah Ratu Perwiranegara (dulu disebut Jalan Unyi) kini dalam tahap penyelesaian. Sarana jalan bagi kelancaran arus lalu lintas sangat penting artinya bagi kota yang dikenal sebagai kota penting kedua di Lampung. Tapi kalo jalan di 22 depan Brimob itu masih kayak dulu gak ya?
Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, Lampung Tengah dan Lampung Timur, mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di siang hari penduduk Metro lebih banyak dibanding jumlah penduduk resminya.
Pusat perdagangan Metro tersebar di beberapa tempat. Perdagangan barang jadi, pakaian, tekstil, elektronik, dan barang kebutuhan sekunder lainnya, bisa ditemukan di Shopping Center dan Pasar Cendrawasih. Bagi penggemar otomotif kompleks pertokoan Sumur Bandung merupakan tempat berburu onderdil otomotif dan aksesorinya. Pusat niaga juga ada ketika pagi-pagi di Ganjar Agung dan 16c tempat jualan sayur-mayur dan komoditas pertanian lainnya.
Di kompleks pertokoan Sumur Bandung berdiri bangunan Chandra supermarket dan swalayan (bukan mall lho). Di depan pintu Chandra lama banyak penjual VCD, buah dan panganan ringan. Juga banyak berdiri apotek seperti apotek Bintang, Jodo, Sumber Waras; kompleks studio foto, dan bank (Bank BCA sekarang pindah di Jalan Jend. Sudirman).
Walau Metro sebuah kota kecil, tempo dulu sekitar tahun 1900-an telah bediri 3 bioskop yaitu Nuban Ria, Metropol Chandra, dan Shoping. Namun yang saat ini masih beroperasi hanya di Chandra doank dengan film yang “agak” tertinggal dari Studio 21 Central Plaza Bandar Lampung.
Terletak 52 kilometer dari Bandar Lampung, Ibu Kota Provinsi Lampung, Metro juga dikenal sebagai kota pendidikan. Setiap pagi angkutan umum dari Lampung Timur dan Lampung tengah penuh dengan pelajar yang menimba ilmu di kota tenang dan nyaman ini. Demikian sebaliknya di siang hari saat bubaran sekolah. Angkutan kota tersebar ke segala penjuru wilayah yang mempermudah mobilitas penduduk Metro. Kalau aku angkot favoritnya sih warna abu-abu arah Ganjar Agung yang gak lama ngetem-nya, bukan kayak mobil kuning Wates atau angkot ungu arah 21c. Ha..ha…
Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka dan air conditioning. Kalau masuk ke perpus ini jangan kaget ada Skripsiku yang tak taroh di sana. Ha…ha….Dibangun sejak tahun 2002 dan sekarang sudah beroperasi. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi kabupaten sekitarnya.
Bagi yang berminat kuliah di perguruan tinggi di kota yang pendapatan perkapita tahun 2002 sebesar Rp 2,4 juta, terdapat beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta, di antaranya Universitas Muhammadiyah Metro, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Agus Salim, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri, Sekolah Tinggi Pertanian, Akademi Pertanian, dan PGSD Unila. Kini pemerintah Kota Metro sedang mengupayakan Universitas Lampung membuka Fakultas Hukum di Metro.
Sejarah panjang Kota Metro telah mengantarkan wilayah yang dulunya bedeng bermetamorfosis menjadi sebuah kota yang sebenarnya. Sebuah wilayah dengan pusat konsentrasi penduduk dengan segala aspek kehidupannya mulai dari bidang pemerintahan, sosial politik, ekonomi dan budaya. Ciri kota yang sangat menonjol adalah fisik wilayah yang telah terbangun, tersedianya fasilitas sosial dan public utilities, serta mobilitas penduduk yang tinggi.
Seorang kawan mengatakan, dari sepuluh kota/kabupaten di Lampung (sekarang ada 14 kab/kota), nyata bahwa Metro memang elok. Setiap saat, di lapangan kota baik di Taman Merdeka, lapangan Samber, atau Lapangan 16c banyak ditemui warga tengah bermain atau bercanda di hamparan yang berumput hijau. Bahkan tak jarang ditemui juga anak-anak sekolah tengah berlatih baris-berbaris atau berlatih silat di lapangan tersebut. Warga dengan mudah mengakses ruang publik itu. Tak jauh dari lokasi tersebut terdapat Masjid, pusat perbelanjaan, rumah sakit, rumah dinas, perkantoran, cafe, sekolah dan kantor polisi. Setiap kawasan dihubungkan dengan jalan-jalan yang lebar dan mulus. Meskipun di beberapa tempat ruas jalan itu perlu diperbaiki dan macet, namun, ungkap kawan, menyenangkan tinggal di Metro.
Read Post | komentar

Berburu Lumba-Lumba di Teluk Kiluan

Berburu Lumba-Lumba di Teluk Kiluan
Malam pukul 22.30 kami beranjak dari Jakarta menuju Merak.  Tujuan trip kali ini adalah Teluk Kiluan yang berada di Tenggamus, Lampung. Teluk yang merupakan jalur migrasi lumba-lumba jenis mulut botol ini begitu membuat kami penasaran. Selama ini daerah yang kami tahu jika ingin melihat lumba-lumba di laut, dengan jarak yang terdekat adalah Lovina, Bali.

Rasa penasaran, mengabaikan semua ketakutan akan jalanan yang dilalui. Menurut info yang kami dapat, jalan menuju Kiluan sangat terjal, dan sulit dilalui oleh kendaraan roda empat.

Selama 3,5 jam menyeberang Merak-Bakauheni, kami  melanjutkan perjalananan menuju Lampung Selatan. Rencananya Pemandu kami akan menjemput di sana. Butuh waktu sekitar 3 jam dari Bakauheni untuk sampai di Lampung Selatan. Pemandu kami, Pak Maimun sudah tiba terlebih dahulu. Pak Maimun merupakan penduduk asli Lampung yang mengelola penginapan di Pulau Seberang, Pulau yang akan kami tempati nanti. Karena jalan menuju Teluk Kiluan cukup sulit, Pak Maimun lantas memutuskan untuk memandu perjalanan kami dari Lampung Selatan.

Hamparan sawah yang menghijau, pantai yang landai, gradasi warna perbukitan, menyapa mata kami selama 3 jam perjalanan menuju Tenggamus. Meskipun ini bukan kunjungan yang pertama, namun tetap saja rasa takjub saat berada di tempat ini menyelimuti hati kami. Indonesia negeri yang cantik, sungguh tak diragukan lagi.
Adventure road
Sepanjang 1,5 jam berikutnya merupakan adventure road buat kami semua. Dan memang benar, jalan untuk menggapai Teluk Kiluan sangatlah berat. Dari Desa Bawang, seharusnya kami naik ojek motor, sekitar 1,5 jam. Namun saat itu kami naik ELF 15 seater dan pemandu meyakinkan bahwa kendaraan kami bisa melewati jalur yang akan dilalui

Betapa sulitnya akses untuk menuju Kiluan. Jalanan yang meliuk-liuk, licin, berbukit, naik turun dan sangat sempit harus kami lewati. Mobil yang mengantar kami harus jalan pelan-pelan karena banyak tikungan tajam. Meskipun ini bagian dari petualangan, namun setiap langkah harus dilakukan dengan cermat. Beruntung kami mendapatkan supir yang handal. Salah hitung, jurang di bahu jalan siap menerima kami.

Pada saat tertentu kami sengaja turun dari mobil untuk menikmati pemandangan yang ada. Bahkan pada suatu bukit yang kami lewati, terlihat Teluk Kiluan dengan pulau-pulau kecilnya. Kami yang melihatnya dari atas bukit, seperti dihadapkan pada suatu lukisan terindah dari Sang Maestro. Bukit, pantai, laut awan dan langit menjadi komposisi yang sempurna, tanpa cela. Cuaca cerah menyempurnakan lukisan itu. Teluk Kiluan yang tersembunyi di antara barisan pegunungan dan perbukitan, saat itu terlihat jelas.

Tiga jam bercengkrama dengan pemandangan cantik dan 1,5 jam berpetualang dengan jalan yang horror, akhirnya kami sampai di Desa Kiluan. Terlihat bahwa Desa ini banyak dihuni oleh para transmigran.

Beberapa rumah dengan gaya Bali nampak bersanding dengan rumah panggung milik penduduk asli Lampung. Dialek kental orang Jawa berbaur dengan aneka ragam dialek dari daerah lain menjadikan Desa Kiluan begitu hidup.

Keluarga Pak Maimun menyambut kami dengan ramah. Makan siang siang dengan menu ikan segar berbumbu pedas menjadi sangat nikmat karena kami santap di pinggir pantai. Lidah dan mata dimanjakan pada saat yang bersamaan. Rasa lelah akibat perjalanan panjang, berangsur-angsur luruh. Ya, rumah Pak Maimun memang berada di pinggir pantai. Halaman belakangnya langsung pantai landai. Tak perlu menginap di hotel berbintang untuk mendapatkan sea view terbaik di tempat ini. Tak perlu bayar mahal.

Pantai Pasir Putih dan Pulau Seberang

Setelah makan siang, kami lalu melanjutkan perjalanan ke Pantai Pasir Putih. Trekking sekitar 20 menit, melewati hamparan sawah, jembatan gantung dan semak-semak. Pantai Pasir Putih mempunyai ombak yang besar dan menggulung. Beberapa teman sibuk berfoto di batu-batu karang yang sangat besar. Bahkan batu karang tersebut bisa mencapai tinggi sekitar 5 meter.

Puas bermain-main di Pantai Pasir Putih, kami kembali ke rumah Pak Maimun untuk menyeberang ke Pulau Seberang dengan menggunakan jukung (perahu yang sangat langsing). Tak sampai 15 menit, kami sudah tiba di Pulau Seberang dengan pemandangan yang tak kalah cantiknya. Pasir putih dan warna laut turquoise menjadi perpaduan yang sempurna. Suara monyet dan aneka burung liar turut mewarnai pulau tempat kami tinggal.

Sebelum masuk ke homestay, bangunan dari bambu yang mempunyai 3 kamar tidur, kami leyeh-leyeh sejenak di gazebo. Semilir angin membuat beberapa peserta tertidur. Sementara peserta yang lain, tidak mau melewatkan waktunya begitu saja. Mereka berenang dan bersnorkling menikmati keindahan bawah laut. Beberapa peserta justru lebih asyik mengabadikan gambar di sekitar pulau. Sungguh cantik Pulau Seberang ini.

Malamnya kami membuat api unggun dan membakar ikan. Seekor Ikan  (yang saya tidak tau namanya) seberat kurang lebih 7 kg itu langsung kami habiskan begitu selesai dibakar. Malam menjelang, beberapa peserta tertidur di homestay, beberapa lagi memilih tidur di gazebo dan pinggir pantai. Menyatu dengan alam, mendengarkan suara ombak dan binatang malam, sungguh sulit sekali kami temukan bagi kami warga Jakarta yang sudah sangat padat dengan berbagai aktifitas.

Tarian lumba-lumba menyambut pagi

Pagi menjelang. Setelah sarapan, pukul 06.00 kami bersiap untuk berburu lumba-lumba di Teluk Kiluan. Berburu di sini maksudnya melihat langsung lumba-lumba dari jarak yang paling dekat, di lautan lepas. Lima jukung telah siap mengantar kami. Masing-masing jukung hanya boleh diisi tidak lebih dari 3 orang.

Dua puluh menit kemudian kami telah tiba di Teluk Kiluan. Lautan lepas berwarna biru pekat dan ombak besar menyambut kami. Rasanya mustahil sekali jukung kecil ini bisa bertahan di ombak yang besar ini. Kami sempat was-was juga, karena saat itu tak ada pelampung, dan tak ada yang menyewakan (kalau sekarang sudah bisa sewa pelampung).

Ombak yang besar membuat beberapa peserta trip jackpot. Namun beberapa peserta justru menganggap itulah petualangan mereka. Duduk di perahu yang sangat kecil sambil menjaga keseimbangan badan karena ‘harus’ mendapatkan foto lumba-lumba.

Lumba-lumba di Teluk Kiluan merupakan jenis lumba-lumba mulut botol. Teluk kiluan yang berbatasan dengan Samudra Hindia, mempunyai kedalaman dan suhu tertentu yang membuat lumba-lumba sering berenang di daerah ini. Atraksi lumba-lumba inilah yang membuat para backpacker penasaran untuk datang ke Teluk Kiluan. Karena selain jumlah lumba-lumba yang banyak, keindahan Teluk Kiluan juga tidak di ragukan lagi. Kemunculan lumba-lumba yang banyak, mampu menghilangkan rasa was-was kami berpetualang di laut lepas dengan perahu yang sangat kecil dan tanpa pelampung. Yang terpikirkan justru bagaimana agar bidikan kamera bisa tepat, karena merupakan momentum yang sangat singkat.

Tiga jam berada dalam jukung dan puas mengabadikan foto lumba-lumba, kami melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi Pulau Kelapa. Pulau yang mempunyai pasir bersih dan pantai indah ini juga menawarkan pesona lain. Dengan trekking sekitar 15 menit, kita bisa menemukan laguna cantik yang aman untuk berenang. Namun sayang, saat itu air laut sedang pasang sehingga kami tidak jadi berenang.

Tempat berlibur orang Eropa

Pak Budi, orang yang mengendalikan jukung kami, bercerita bahwa dulu pada tahun 80-90an Teluk Kiluan banyak didatangi wisatawan asing, terutama dari Eropa. Jalur yang dipilih tentu saja jalur laut, bukan jalur darat. Mereka membawa yacht-yacht pribadi mereka untuk berlibur di Teluk Kiluan. Pak Budi menunjukkan beberapa pulau tak berpenghuni yang masih menyisakan bangunan-bangunan lama.

Selain berlibur, wisman tersebut juga berburu penyu hijau dan penyu sisik. Sangat mudah bagi mereka mendapatkan penyu hijau dan penyu sisik dalam jumlah ratusan, karena saat itu para nelayan rela berburu kedua jenis binatang tersebut dan tidak memikirkan resikonya.

Namun kini, semua nelayan sudah sadar akan dampak buruk perburuan tersebut. Kedua jenis penyu tersebut hampir punah dan jika tidak dijaga akan mengganggu keseimbangan alam. Para wisman pun sudah tidak banyak lagi yang datang semenjak tsunami tahun 2004. Para nelayan kini bergerak untuk memajukan kembali geliat wisata di Kiluan dengan menyewakan jukung-jukung mereka dan menjadi pemandu.

Puas menjelajahi Pulau Kelapa, kami kembali ke Pulau Seberang. Beberapa teman kembali berenang dan snorkeling. Hingga tiba saatnya kami harus meninggalkan pulau cantik ini. Kembali menuju rumah Pak Maimun untuk santap siang. Menu ikan segar, makan di pinggir pantai, kembali kami nikmati sensasi kedua kalinya. Kenangan indah mengenai Teluk Kiluan benar-benar tak terlupakan hingga kami kembali ke Jakarta.
Read Post | komentar

'' PANTAI TANJUNG SETIA

Nama Pantai Tanjung Setia di Lampung Barat, sudah terpatri bagi orang barat. Selain panoramanya alami, juga ombaknya menantang. Jangan heran jika pada bulan Juli hingga Oktober selalu dipadati turis asing untuk surfing, lantaran ombaknya mencapai tujuh meter.
Deburan ombak di pantai Tanjung Setia yang berhadapan dengan Samudera Hindia, memang membuat gemas bagi para wisatawan minat khusus untuk berselancar. Selain ombaknya tinggi dan panjang, kondisi lautnya masih alami, belum tercemar bahkan udaranya sangat sejuk dan kondisi alamnya yang damai, jauh dari kebisingan.

Pantai yang berada di sebuah teluk kecil ini, selain menjadi lokasi surfing bagi wisatawan mancanegara (wisman) dari Australia, Amerika dan negara Eropa lainnya, juga dikenal sebagai tempat berwisata memancing yang kaya ikan laut mulai tuna hingga blue marlin. Juga, sebagai tempat berkemah, apalagi ada cottage yang representatif bahkan alami lantaran bangunannya menyatu dengan alam.

Karena itu, tidak berlebihan pantai yang berada Pekon Bumi Agung, Kecamatan Biha, sekitar 22 km dari Kota Krui dijuluki mutiara terpendam. Karena deburan ombaknya tidak kalah dengan yang ada di Bali dan Nias. Selain itu, kondisi pasir pantai yang halus, putih bak mutiara serta kebersihan pantai masih terjaga.

Untuk sarana jalan raya, sudah dibangun jalan yang sudah dilapisi batu koral sehingga memudahkan wisatawan berwisata di pantai ini. “Memang selama ini wisman yang datang memperoleh informasi umumnya dari mulut ke mulut, juga melihat website dari para selancar sedunia, sehingga nama Tanjung Setia menjadi pilihan bagi mereka untuk didatangi,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, M. Natsir ARI.

Selain itu, lanjut Natsir, melalui promosi yang gencar oleh Dinas selama ini, apalagi dalam menyambut Visit Lampung Year 2009, publikasi wisata di Pantai Tanjung Setia, juga obyek wisata lainnya di Lampung dilakukan secara rutin dan terpadu, baik ditingkat lokal, regional, nasional bahkan internasional.

Wisman yang berselancar di Tanjung Setia selalu setia berlama-lama tinggal, hanya untuk main selancar. Rata-rata wisman tinggal selama seminggu hingga dua minggu. Data tahun 2005, hanya 200 turis asing yang berkunjung ke Tanjung Setia. Namun pada tahun 2008 sudah melonjak mencapai 2.000 orang.

“Kami mentargetkan jumlah Wisman akan terus bertambah pada tahun-tahun mendatang, apalagi berkaitan dengan Visit Lampung Year 2009 target kami bisa naik 20-25 persen kunjungan turis asing,” tambah Natsir.

Sumber: Majalah Travel Club


 
Peta Lokasi :


Salam hangat dari Liburan.Info...

Read Post | komentar
 
© Copyright Indonesia Sai Wawai 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all